Survei KIC Kurangnya Ketertarikan Anak Muda Untuk Jadi Anggota Partai dan Politisi

ARGUMEN.CO, POLITIK — Partai politik di Indonesia tengah menghadapi tantangan besar dalam menjaring keterlibatan generasi muda.

Survei Katadata Insight Center (KIC) tahun 2023 mengungkapkan bahwa hanya 8,7 persen pemuda yang berminat menjadi anggota partai politik.

Read More
banner 300600

Sementara itu, yang tertarik menjadi politisi atau calon legislatif lebih rendah lagi, hanya 6,9 persen.

Minimnya minat ini mencerminkan adanya krisis adaptasi dan fleksibilitas di tubuh partai politik.

Para ahli menilai, institusi politik gagal membaca kebutuhan dan aspirasi anak muda.

Hal ini diperparah dengan tidak adanya isu-isu yang relevan bagi pemuda di dalam agenda partai.

“Partai politik perlu melakukan pembenahan secara menyeluruh, baik dalam infrastruktur maupun suprastruktur politik, agar lebih representatif dan ramah bagi generasi muda,” ujar seorang pengamat politik.

Partisipasi politik kini tidak hanya terbatas pada pemilihan umum atau aktivitas formal lainnya.

Perkembangan teknologi digital telah menciptakan ruang baru bagi anak muda untuk terlibat dalam isu-isu politik.

Melalui media sosial, forum daring, hingga petisi online, generasi muda kini bisa menyuarakan pendapat tanpa harus terikat pada birokrasi.

Fenomena ini sudah terbukti di negara lain. Partai Hijau di Jerman, misalnya, meraih dukungan sekitar 30 persen dari kalangan muda.

Begitu pula dengan Rassemblement National di Prancis, yang menunjukkan keberhasilan merangkul pemuda lewat isu-isu yang dekat dengan mereka.

Sayangnya, banyak partai politik di Indonesia masih terjebak dalam cara lama struktur yang kaku, komunikasi satu arah, dan minim keberanian untuk melakukan regenerasi kepemimpinan.

Padahal, generasi muda menuntut pendekatan yang lebih partisipatif, transparan, dan sesuai dengan realitas mereka.

Transformasi yang dibutuhkan partai politik bukan sekadar digitalisasi kampanye, tapi juga perubahan budaya dan ideologi di dalam partai itu sendiri.

Sejak era reformasi, antusiasme anak muda terhadap politik formal memang naik turun.

Gerakan mahasiswa 1998 menunjukkan bahwa generasi muda bisa menjadi penggerak perubahan.

Namun setelah itu, ruang partisipasi dalam politik formal terkesan stagnan.

Banyak anak muda akhirnya memilih jalur gerakan sosial, komunitas, dan aktivisme digital yang dianggap lebih fleksibel dan berdampak langsung.

Meski begitu, ada sebagian partai yang mulai membuka ruang dialog dengan pemuda, melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan, dan memanfaatkan media sosial untuk menyerap aspirasi.

Empat Langkah Transformasi

Pengamat menilai, ada empat langkah penting yang bisa diambil partai politik untuk membangun kembali kepercayaan dan minat anak muda terhadap politik:

1. Membangun Narasi Besar yang Menginspirasi

Partai perlu menghadirkan visi besar tentang masa depan bangsa yang melibatkan peran aktif anak muda.

Bukan sekadar janji kampanye, tapi narasi yang menyentuh dan realistis.

2. Program yang Relevan dengan Kebutuhan Pemuda

Isu-isu seperti lapangan kerja, antikorupsi, kebebasan sipil, hingga keadilan sosial perlu menjadi fokus utama partai.

Program yang konkret dan sesuai kebutuhan anak muda akan lebih mudah diterima.

3. Mewujudkan Budaya Politik yang Terbuka

Struktur partai harus lebih egaliter, demokratis, dan ramah terhadap gagasan baru. Anak muda perlu diberi ruang untuk berkontribusi, bahkan memimpin.

4. Memaksimalkan Media Sosial dan Platform Digital

Keberadaan partai di media sosial harus lebih dari sekadar kampanye. Partai harus aktif mendengar, berdialog, dan merespons aspirasi anak muda melalui berbagai platform digital.

Melalui langkah-langkah ini, partai politik diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan yang relevan bagi anak muda.

Keterlibatan pemuda dalam politik bukan hanya penting bagi eksistensi partai, tapi juga bagi masa depan demokrasi di Indonesia.

“Generasi muda adalah masa depan bangsa. Jika partai politik gagal melibatkan mereka, maka masa depan demokrasi kita juga akan ikut terancam,” kata seorang akademisi. ***

 

Related posts