Kegiatan yang dilaksanakan di Jakarta mulai dari tanggal 25 Agustus sampai dengan 28 Agustus 2024, dibuka langsung oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin.
Dalam penyampaiannya, bahwa pemerintah kini tengah mengembangkan labkesmas untuk bisa mendeteksi penyakit lebih dini, baik surveillance penyakit menular atau skrining penyakit tidak menular.
Lanjutnya, perlu dibangun fasilitas-fasilitas laboratorium untuk bisa mendeteksi kedua potensi penyakit ini dan faktor-faktor risikonya, apakah itu lingkungan, makanan, atau vektornya harus bisa dideteksi dini.
Ia menegaskan 300 ribu posyandu akan diberikan alat pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi glukosa, kolesterol, asam urat, dan tekanan darah atau Point of Care Testing (POCT), juga dilengkapi dengan alat rapid test.
Sedangkan untuk 10.000 puskesmas, akan diberikan alat-alat laboratorium yang lebih canggih dari POCT. Untuk penyakit tidak menular pihaknya akan berikan blood chemical analyzer hingga hemato analyzer (alat untuk mengukur sampel darah).
Bahkan untuk skrining atau deteksi dini penyakit ibu, puskesmas juga telah dilengkapi dengan alat ultrasonografi atau USG.
Untuk jantung pihaknya juga akan berikan elektrokardiografi (EKG). Ini dilakukan agar semakin banyak yang bisa dikembangkan.
“Kita baru dapat 50 mobile x-ray, juga kita kembangkan sampai ke sana. Beberapa puskesmas untuk penyakit menular seperti tuberkulosis (TBC) juga kita kasih alat tes cepat molekuler (TCM),” ujarnya.
Menkes berharap dengan pengembangan labkesmas secara masif tersebut, akan lebih banyak alat-alat laboratorium yang didorong ke level puskesmas untuk bisa melakukan deteksi dini baik penyakit menular atau tidak menular.
Menkes mengemukakan semua data yang dideteksi di labkesmas akan masuk ke dalam sistem Satu Sehat, sehingga semua dokter, spesialis, peneliti, dapat memiliki akses dengan otoritas tertentu.
“Para peneliti di perguruan tinggi bisa mempunyai akses yang berbasis di Indonesia, ini bisa kita jadikan kumpulan basis data terbesar untuk patogen (penyakit menular) maupun penyakit tidak menular,” jelasnya.
Ia memaparkan hingga Juli 2024 Kemenkes telah melakukan skrining pada 60 juta orang, baik gula darah, tekanan darah, maupun kolesterol, dan semua sudah di digitalisasi berdasarkan nama dan alamat.
“Data-data itu akan menjadi sumber yang masif untuk kita mengambil kebijakan tepat dan melakukan analisis, yang mudah-mudahan bisa memperbaiki layanan kesehatan di Indonesia. Saya ingin memastikan semua laboratorium kita memiliki kapasitas yang baik,” pungkasnya.
Sementara itu, Kadis Kesehatan Bolmong I Ketut Kolak membenarkan, dalam rakor banyak menjadi poin inti yang disampaikan pihak Kementerian Kesehatan.
Hal ini untuk menjamin kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia, dan khusus wilayah Kabupaten Bolmong.
“Kegiatan ini, bagaimana kesehatan masyarakat benar-benar terjamin dari huli ke hilir,” tambahnya. *